Semua jenis wadang menggunakan rempah-rempah, terutama jahe, serai, dan cengkih. Minuman tradisional ini memang memiliki khasiat menyehatkan. Manfaat lainnya? Bisa membuat greng, sehingga aktivitas seksual bisa terpacu.
Rempah-rempah merupakan tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia. Saat ini, pemakaian rempah-rempah sudah semakin luas. Selain untuk keperluan rumah tangga (bumbu), rempah-rempah juga digunakan dalam industri farmasi (obat-obatan), industri kosmetika, industri parfum dan industri pangan (pengolahan daging, ikan, dan produk lainnya).
Rempah-rempah dapat berasal dari berbagai bagian tanaman, yaitu: bunga, buah, kulit batang, umbi, daun dan rimpang. Jenis rempah yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah: jahe, kunyit, kencur, temulawak, cengkih, merica, ketumbar, jinten kayumanis, kayu secang, serai, dan kapulaga.
Setiap jenis rempah memiliki cita rasa, warna, aroma, dan penampakan yang berbeda-beda, sehingga kombinasinya satu sama lain akan memberikan sensasi baru, yang dapat meningkatkan selera, daya terima, dan identitas tersendiri kepada setiap produk yang dihasilkan. Itu sebabnya minuman tradisional umumnya terbuat dari kombinasi beberapa jenis rempah.
Rempah-rempah terutama dihasilkan oleh negara-negara berkembang di kawasan Asia dan Pasifik, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Latin. Sementara negara konsumen rempah terbesar adalah: Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Rusia, Meksiko, negara-negara Timur Tengah, dan Indonesia.
Kaya komponen aktif
Secara alami rempah-rempah mengandung berbagai macam komponen aktif yang sangat besar perannya dalam penciptaan cita rasa suatu produk. Rempah mengandung zat antioksidan, antibakteri, antikapang, antikhamir, antiseptik, antikanker, dan antibiotik, yang kesemuanya itu sangat besar perannya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Antioksidan tanaman pada umumnya berupa senyawa fenol. Senyawa fenol adalah jenis antioksidan yang paling efektif. Senyawa fenol merupakan jenis antioksidan yang sering digunakan dalam bahan pangan. Di samping senyawa fenol, bahan-bahan alami termasuk rempah-rempah juga mengandung senyawa-senyawa antioksidan lain berupa protein, amin, dan asam-asam organik.
Rempah-rempah telah terbukti memiliki senyawa antioksidan yang diperlukan untuk mengatasi serangan radikal bebas. Komponen bioaktif yang berbentuk fenol pada sereh atau serai adalah: sitral dan geraniol; pada jahe, yakni zingiberen, curcumin, filandren, gingerol, dan shogaol; pada cengkih adalah: eugenol, tanin, dan vanilin.
Kandungan senyawa aktif yang terdapat di dalam jahe sebagian besar adalah gingerol. Selama proses penyimpanan, gingerol dapat terdehidrasi menjadi shogaol, yang memiliki rasa lebih pedas daripada gingerol.
Antioksidan dibedakan atas dua kelompok berdasarkan mekanismenya, yaitu antioksidan primer dan sekunder. Antioksidan primer merupakan antioksidan yang bereaksi dengan radikal lipida yang kemudian mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Antioksidan primer dapat berupa komponen fenolik, tokoferol alami dan sintetis, alkil galat, butylated hidroksianisol (BHA), butylated hidroksitoluen (BHT) atau tertiary butyl hidroquinon (TBHQ).
Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengelat (mengikat) ion logam, menangkap oksigen, mendekomposisi hidroperoksida menjadi spesies nonradikal, menyerap radiasi timbul karena ultraviolet (UV), atau dengan mendeaktivasi singlet oksigen.
Antioksidan alami
Radikal bebas secara alami dapat terbentuk di dalam tubuh, sehingga menyebabkan kerusakan sel dan berbagai penyakit. Radikal bebas dan komponen reactive oxygen spesies (ROS) dipercaya berkontribusi banyak pada penyakit manusia, terutama penyakit kronis yang berhubungan dengan penuaan.
Beberapa penyakit yang dapat timbul karena adanya radikal bebas adalah: kanker, aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah), penyakit jantung koroner, stroke, penyakit yang berhubungan dengan inflamasi (peradangan) seperti artritis, parkison, alzheimer, katarak, serta berbagai kasus penuaan dini.
Konsumsi bahan pangan yang mengandung antioksidan akan membantu tubuh dalam menghambat perkembangan radikal bebas. Rempah-rempah umumnya mengandung komponen bioaktif yang bersifat antioksidan dan dapat berinteraksi dengan reaksi-reaksi fisiologis, sehingga mempunyai kapasitas antimikroba, antipertumbuhan sel kanker, dan sebagainya.
Dewasa ini antioksidan alami mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan antioksidan sintetis. Penggunaan antioksidan sintetis cenderung dihindari karena dicurigai pengaruhnya jelek terhadap kesehatan.
Minuman yang sehat
Masyarakat tradisional kita mengenal berbagai jenis minuman yang berbahan dasar rempah-rempah. Dengan variasi yang sedikit berbeda dan memiliki nama yang juga tak selalu sama, pada intinya jenis minuman itu menggunakan bahan-bahan yang kurang lebih sama. Contohnya, wedang jahe, wedang ronde, bajigur, angsle, wedang secang, wedang kacang, bandrek, dan sebagainya.
Minuman fungsional tradisional yang banyak kita temui di berbagai daerah Indonesia itu umumnya berbau harum dan jika dimlnum akan menghangatkan badan. Ini tidak terlepas dari bahan yang digunakan. Semua minuman itu menggunakan cengkih, jahe, dan serai sebagai bahan pencampur.
Sebagai contoh, wedang ronde. Bahan-bahan penyusun minuman ini, selain tepung ketan, gula pasir, dan kacang goreng, juga batang serai, jahe, biji cengkih. Tepung ketan merupakan bahan utama dalam pembuatan wedang ronde, sedangkan gula digunakan untuk memberi rasa manis dan meningkatkan aroma.
Bahan-bahan tersebut umumnya mengandung berbagai senyawa antioksidan yang efektif untuk menangkal radikal bebas:
• Jahe (Zingiber officinalle), mengandung senyawa antioksidan berupa: zingiberol, zingerol, zingeron, shogaol, dan vitamin C.
• Cengkih (Caryophilus aromaticus), mengandung eugenol, tanin, dan vanilin.
• Kapulaga (Amomum cardamomum), mengandung sineol, borneol, dan terpineol.
• Kayu secang (Caesalpinia sappan), mengandung asam galat dan asam tanat.
• Kayu manis (Cinnamomum burmani), mengandung tanin dan eugenol.
• Serai (Cymbopagon nardus) mengandung geraniol dan sitroneal.
Minuman Fungsional
Minuman fungsional didefinisikan sebagai minuman yang berpengaruh positif terhadap kesehatan dan kebugaran, serta penampilan jasmani dan rohani seseorang.
Kepopuleran minuman fungsional ditunjang oleh keyakinan bahwa di dalam minuman tersebut terkandung zat-zat gizi dan nongizi yang sangat penting khasiatnya untuk kesehatan dan kebugaran tubuh. Hal itu diperoleh dari zat-zat aktif bahan maupun kombinasi dan pengolahannya.
Salah satu upaya pemanfaatan rempah-rempah secara tradisional adalah dalam bentuk minuman. Keunggulan minuman tradisional dari rempah-rempah dibandingkan dengan jenis minuman lainnya adalah secara alami mengandung senyawa antioksidan, antimikroba, antibiotik, dan senyawa aktif lainnya. Karena itu, minuman yang terbuat dari rempah-rempah dapat dikategorikan sebagai minuman fungsional.
Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki minuman fungsional tradisional yang terbuat dari rempah-rempah. Contoh minuman Nusantara yang dapat digolongkan sebagai minuman fungsional adalah: wedang jahe, wedang secang, wedang ronde, beras kencur, kunyit asam, sekoteng, bandrek, dan serbat.
Sesuai dengan definisinya, minuman fungsional dapat dikonsumsi tanpa takaran saji, artinya silakan dikonsumsi sesuai kebutuhan. Dengan demikian, melibatkan minuman fungsional dalam menu sehari-hari adalah tindakan yang sangat baik dan tepat dari segi gizi.
Konsumsi minuman fungsional dapat dilakukan oleh semua umur, kecuali bayi. Konsumsi minuman fungsional perlu diperkenalkan sedini mungkin sejak masa kanak-kanak. Tujuannya, agar setelah dewasa memperoleh manfaat dan khasiat yang optimal, yaitu sehat dan bugar, produktif, mandiri, serta berumur panjang.
Dicampur Cengkih, Jahe, Serai
Rempah-rempah utama penyusun wedang ronde adalah: serai, jahe, dan cengkih. Pembuatan wedang ronde harus memperhatikan pengaruh pemanasan terhadap ekstrak rempah.
Menurut Santoso dkk (2000), pemanasan ekstrak rempah pada suhu air mendidih dalam waterbath 20 atau 40 menu tidak berpengaruh terhadap potensi daya tangkap radikal bebas. Sementara itu, pemanasan pada kondisi yang sama selama 60 menu bisa menurunkan daya tangkap radikal bebasnya.
Daya tangkap radikal bebas suatu senyawa bioaktif mencerminkan potensi antioksidannya. Semakin tinggi nilainya, berarti semakin besar potensi antioksidan yang dimilikinya.
Karena itu, dalam proses pembuatan wedang ronde disarankan pendidihan air ekstrak rempah jangan terlalu lama, untuk mencegah penurunan aktivitas komponen bioaktifnya. Semakin lama dididihkan, semakin banyak komponen bioaktif yang hilang.
Jenis minuman tradisional lainnya adalah wedang secang. Minuman ini berwarna kemerahan, berasa manis, dan beraroma khas rempah.
Wedang secang panas sangat cocok untuk dinikmati di malam hari, sedangkan di siang hari cocok disuguhkan dalam keadaan dingin. Rasa hangat akan menjalar ke seluruh tubuh, sesaat setelah menikmati secangkir wedang secang.
Bahan penyusun wedang secang umumnya berupa: jahe, cengkih, kayumanis, serai, kapulaga, dan kayu secang. Contoh resep pembuatan wedang secang adalah: 2 buah rimpang jahe, 2 batang serai, 10 bunga cengkih kering, 2 buah kapulaga, 10 potong kulit kayu manis, dan serutan kayu secang diseduh dengan air panas secukupnya.
Lancarkan Darah, Tingkatkan Libido
Rempah-rempah kaya akan berbagai vitamin dan mineral. Terutama adalah vitamin C dan B kompleks serta kalsium, kalium, natrium, dan fosfor.
Beberapa khasiat minuman yang terbuat dari rempah-rempah adalah: memicu aktivitas antioksidan, hipoglikemik (penurunan gula darah pada penderita diabetes), hipotensif (penurunan tekanan darah), imunomodulator (peningkat sistem imun), antiinflamasi (antiperadangan), antialergi, antikanker, antiaterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah), antitrombotik (penggumpalan/pembekuan darah), antimikroba (bakteri, kapang, khamir), berefek pada sistem hormon, serta berefek pada perilaku dan kecerdasan.
Komponen lain bersifat afrodisiak (menimbulkan rangsangan dan kekuatan seksual), astringen (mengatur aliran darah melalui kontraksi pembuluh darah), diuretik (melancarkan pembuangan air seni), ekspektoran (melancarkan pembuangan dahak).
Oleh:
Prof.DR. Made Astawan
Ahli Teknologi Pangan dan Gizi |
Salam kenal ......
BalasHapusmakasih artikel nya